... ...
A. Pengertian
Diabetes
Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah ( Mansjoer dkk, 1999). Sedangkan
menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma
gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat
suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari
insulin atau keduanya.
Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus
Data Group: Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other
Categories of Glucosa Intolerance:
a.
Klasifikasi Klinis
1)
Diabetes Mellitus
a)
Tipe tergantung insulin (DMTI),
Tipe I
b)
Tipe tak tergantung insulin
(DMTTI), Tipe II
(1)
DMTTI yang tidak mengalami
obesitas
(2)
DMTTI dengan obesitas
2)
Gangguan Toleransi Glukosa
(GTG)
3)
Diabetes Kehamilan (GDM)
b.
Klasifikasi risiko statistik
1)
Sebelumnya pernah menderita
kelainan toleransi glukosa
2)
Berpotensi menderita toleransi
glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang
secara normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun,
sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar
glukosa darah. Diabetes Mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang
biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
Diabetes Mellitus tipe II terjadi akibat penurunan
sensivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
produksi insulin.
- Etiologi
1.
Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
b.
Penderita diabetes tidak
mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atsu
kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic
ini ditentukanpada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
c. Faktor imunologi
d.
Pada diabetes tipe I terdapat
bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
e.
Faktor lingkungan
f.
Faktor eksternal yang dapat
memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat
menimbulkan destruksi sel β pancreas.
2.
Diabetes Mellitus tak
tergantung insulin
Secara
pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat.
DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport
glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,
1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang
lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
DM tipe II, diantaranya adalah :
a)
Usia (resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b)
Obesitas
c)
Riwayat keluarga
d)
Kelompok etnik
- Patofisiologi
Ibarat suatu
mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang
rusak. Di samping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan
makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur
karbohidrat, lemak dan protein (Suyono, 1999).
Pada keadaan normal
kurang lebih 50 % glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi
CO2 dan air, 10 % menjadi glikogen dan 20 % sampai 40 % diubah
menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan
metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes
Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan
insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula
darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air
maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria.
Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut
poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraselluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin
yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga
sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien
akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah
yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni
tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan
pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau
buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik
(Price, 1995).
|
|
- Manifestasi Klinik
Menurut
Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila
menderita dua dari tiga gejala yaitu :
1.
Keluhan TRIAS : Banyak minum,
Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2.
Kadar glukosa darah pada waktu
puasa lebih dari 120 mg/dl
3.
Kadar glukosa darah dua jam
sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut
Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus
adalah : Poliuria, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal,
Virus menurun, Bisul/ luka, Keputihan.
- Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999)
adalah :
1.
Akut
a.
Hipoglikemia dan hiperglikemia
2.
Komplikasi menahun Diabetes
Mellitus
a.
Penyakit makrovaskuler :
mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler,
penyakit pembuluh darah kapiler).
b.
Penyakit mikrovaskuler,
mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
c.
Neuropati saraf sensonik
(berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro
intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
d.
Proteinuria
e.
Kelainan koroner
f.
Ulkus / gangrene (Soeparman,
1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum
antara lain :
1)
Grade 0
: Tidak ada luka
2)
Grade I :
Kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3)
Grade II :
Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4)
Grade III :
Terjadi abses
5)
Grade IV :
Gangren pada kaki dan bagian distal
6)
Grade V :
Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
- Evaluasi Diagnostik
Kriteria
yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang meningkat
secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas
140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali
pemeriksaan atau lebih merupaka criteria diagnostic penyakit DM.
- Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan utama
terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia)
tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1.
Diet
Syarat
diet DM hendaknya dapat :
a.
Memperbaiki kesehatan umum
penderita
b.
Menharahkan pada berat badan
normal
c.
Menormalkan pertumbuhan DM anak
dan DM dewasa muda
d.
Mempertahankan kadar KGD normal
e.
Menekan dan menunda timbulnya
penyakit angiopati diabetic
f.
Memberikan modifikasi diit
sesuai dengan keadaan penderita
g.
Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a.
Jumlah sesuai kebutuhan
b.
Jadwal diet ketat
c.
Jenis : boleh dimakan / tidak
Diit DM sesuai dengan
paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya :
a. Diit DM I
|
:
|
1100 kalori
|
e. Diit DM V
|
:
|
1900 kalori
|
b. Diit DM II
|
:
|
1300 kalori
|
f. Diit DM VI
|
:
|
2100 kalori
|
c. Diit DM III
|
:
|
1500 kalori
|
g. Diit DM VII
|
:
|
2300 kalori
|
d. Diit DM IV
|
:
|
1700 kalori
|
h. Diit DM VIII
|
:
|
2500 kalori
|
Diit I
s/d III : diberikan
kepada penderita yang terlalu gemuk
|
:
|
diberikan
kepada penderita yang terlalu gemuk
|
Diit IV s/d V
|
:
|
diberikan kepada penderita
dengan berat badan normal
|
Diit VI s/d VIII
|
:
|
diberikan kepada penderita
kurus, diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.
|
Dalam melaksanakan diit
diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu :
J I : jumlah kalori yang diberikan harus
habis, jangan dikurangi atau ditambah
J II :
jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
J III :
jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit
Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi
dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat
badan normal) dengan rumus :
BB (Kg)
BBR
= X 100 %
TB
(cm) – 100
1. Kurus (underweight)
|
BBR < 90 %
|
|
2. Normal (ideal)
|
BBR 90% - 110%
|
|
3. Gemuk (overweight)
|
BBR > 110%
|
|
4. Obesitas apabila :
BBR > 120 %
|
BBR > 120%
|
|
Ø Obesitas ringan
Ø Obesitas sedang
Ø Obesitas berat
Ø Morbid
|
BBR 120 % - 130%
BBR 130% - 140%
BBR 140% - 200%
BBR >200 %
|
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan
sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah :
1. Kurus (underweight)
|
BB X 40-60 kalori sehari
|
|
2. Normal (ideal)
|
BB X 30 kalori sehari
|
|
3. Gemuk (overweight)
|
BB X 20 kalori sehari
|
|
4. Obesitas :
BBR > 120 %
|
BB X 10-15 kalori sehari
|
2.
Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari
bagi penderita DM, adalah :
Ø Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas
insulin dengan reseptornya.
Ø Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
Ø Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplay oksigen
Ø Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
Ø Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
Ø Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
prmbakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3.
Penyuluhan
Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan
kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya
: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4.
Obat
a.
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1)
Mekanisme kerja sulfanilurea
a)
kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik,
ekstra pancreas
b)
kerja OAD tingkat reseptor
2)
Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek
pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insuli, yaitu :
a)
Biguanida pada tingkat
prereseptor → ekstra pankreatik
-
Menghambat absorpsi karbohidrat
-
Menghambat glukoneogenesis di
hati
-
Meningkatkan afinitas pada
reseptor insulin
b)
Biguanida pada tingkat reseptor
: meningkatkan jumlah reseptor insulin
c)
Biguanida pada tingkat
pascareseptor : mempunyai efek intraselluler
b.
Insulin
1)
Indikasi penggunaan insulin
a)
DM tipe I
b)
DM tipe II yang pada saat
tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c)
DM kehamilan
d)
DM dan gangguan faal hati yang
berat
e)
DM dan gangguan infeksi akut
(selulitis, gangren)
f)
DM dan TBC paru akut
g)
DM dan koma lain pada DM
h)
DM operasi
i)
DM patah tulang
j)
DM dan underweight
k)
DM dan penyakit Graves
2)
Beberapa cara pemberian insulin
a)
Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada
1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung
pada beberapa factor antara lain :
Ø Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai
yaitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi)
janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14
hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
Ø Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorpsi apabila
dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu
pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
Ø Pemijatan (Massage)
Pemijatan
juga akan mempercepat absorpsi insulin
Ø Suhu
Suhu kulit yempat suntikan
(termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
Ø Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin
cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan
lebih cepat efeknya daripada subcutan.
b)
Suntikan intramuskular dan
intravena
Suntikan intramuscular dapat
digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat
suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk
terapi koma diabetic.
5.
Cangkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk
cangkok pancreas adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik
(Tjokroprawiro, 1992).
- Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Fokus utama
pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pangkajian dengan
ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut (Rumahorbo, 1999) :
1)
Riwayat atau adanya factor
resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis
kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria sselama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
2)
Kaji terhadap manifestasi
Diabetes Mellitus : poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan,
pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
3)
Pemeriksaan Diagnosis
a)
Tes toleransi Glukosa (TTG)
memanjang (lebih besar dari 200 mg/dl). Biasanya, ters ini dianjurkan untuk
pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b)
Gula darah puasa normal atau
diatas normal.
c)
Essei hemoglobin glikolisat
diatas rentang normal.
d)
Urinalisis positif terhadap
glukosa dan keton.
e)
Kolesterol dan kadar
trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik
dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
4)
Kaji pemahaman pasien tentang
kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostic dan tindakan perawatan diri untuk
mencegah komplikasi.
5)
Kaji perasaan pasien tentang
kondisi penyakitnya.
2.
Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan Diabetes
Mellitus, diagnosa keperawatan menurut NANDA adalah :
1)
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis.
2)
Resiko infeksi berhubungan
dengan tidak adekuat pertahanan sekunder atau karena penyakit kronik.
3)
Kerusakan mobilitas fisik b/d
nyeri, intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot.
4)
Kerusakan integritas jaringan
b/d factor mekanik ubahan sirkulasi, immobilitas dan penurunan sensibilitas
(neuropati).
5)
PK : Hiperglikemi
6)
PK : Neuropati
7)
PK : Retinopati
8)
K : Nefropati
9)
PK : Hipertensi
10)
PK : Hipoalbuminemia
RENCANA
KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1
|
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor biologis.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24
jam status nutrisi meningkat, dengan kriteria:
-
Intake
makan dan mi-numan
-
Intake
nutrisi
-
Control
BB
-
Masa
tubuh
-
Biochemical
measures
-
Energy
|
Monitoring
gizi (1160)
1. Timbang berat badan klien pada in-terval
tertentu
2. Amati kecenderungan pengurangan dan
penambahan berat badan
3. Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan
4. Monitor respon emosional klien ketika
ditempatkan pada suatu ke-adaan yang ada makanan
5. Monitor lingkungan tempat makanan
6. Amati rambut yang kering dan mudah rontok
7. Monitor mual dan muntah
8. Amati tingkat albumin, protein total,
hemoglobin dan kelemahan
9. Monitor tingkat energi, rasa tidak enak
badan, keletihan dan kelemahan
10.Amati jaringan penghubung yang pucat,
kemerahan dan kering
11.Monitor masukan kalori dan bahan makanan
Manajemen nutrisi (1100)
1. Kaji apakah klien ada alergi makanan
2. Kerjasama dengan ahli gizi dalam me-nentukan
jumlah kalori, protein dan le-mak secara tepat sesuai dengan kebu-tuhan klien
3. Anjurkan masukan kalori sesuai kebutuhan
4. Ajari klien tentang diet yang benar
sesuai kebutuhan tubuh
5. Monitor catatan makanan yang masuk atas
kandungan gizi dan jumlah kalori
6. Timbang berat badan secara teratur
7. Anjurkan penambahan intake protein, zat
besi dan vit C yang sesuai
8. Pastikan bahwa diet mengandung ma-kanan
yang berserat tinggi untuk mencegah sembelit
9. Beri makanan protein tinggi, kalori
tinggi dan makanan bergizi yang sesuai
10.Pastikan kemampuan klien untuk me-menuhi
kebutuhan gizinya.
Manajemen hiperglikemia (2120)
1. Monitor gula darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala poliuri, poli-dipsi,
poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau sakit kepala
3. Monitor tanda vital sesuai indikasi
4. Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin
5. Pertahankan terapi IV line
6. Berikan IV fluid sesuai kebutuhan
7. Konsultasi dokter jika ada tanda
hiperglikemi menetap atau memburuk
8. Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah > 250
mg/dl khususnya adanya keton pada urine
10. Anjurkan banyak minum
11. Monitor status cairan intake output
sesuai kebutuhan
|
2
|
Risiko infeksi b.d. prose-dur invansif, tidak adeku-atnya
pertahanan tubuh sekunder
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam klien tidak mengalami
infeksi, dengan kriteria :
Immune Status (0702)
-
Tak
ada tanda infeksi berulang (rubor, kalor, tumor, dolor, fungsiolesa)
-
Status
respirasi dalam batas normal
-
Suhu
tubuh dalam batas normal
-
WBC
dan differensial dalam batas normal
Knowledge :
Infection Con-trol (1807)
-
Menerangkan
cara-cara penyebaran infeksi dan factor yang berkontribusi
-
Menjelaskan
tanda dan gejala infeksi
-
Menjelaskan
aktifitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi
Risk Control
(1902)
-
Mengakui
adanya resiko
-
Monitor
factor resiko lingkungan
-
Mengembangkan
strategi control risiko yang efektif
-
Menghindari
eksposur yang mengancam kesehatan
-
Mengenali
perubahan status kesehatan
|
Kontrol
Infeksi (6540)
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien
lain
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan klien
4. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
tangan
5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan
tindakan ke-perawatan
6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
7. Pertahankan lingkungan aseptic selama
pemasangan alat
8. Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai petunjuk umum
9. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Kelola terapi antibiotic bila perlu
Proteksi Infeksi (6550)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan local
2. Monitor hasil laboratorium seperti :
hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjug
5. Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan teknik asepsis pada klien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi bila perlu
8. Berikan perawatan kulit pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
10. Diskusikan pengambilan kultur bila perlu
11. Dorong masukan nutrisi, cairan, dan
istirahat yang cukup
12. Monitor perubahan tingkat energi
13. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan
14. Instruksikan klien untuk minum anti-biotic
sesuai resep
15. Ajarkan klien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
Monitor vital Sign (6680)
1. Pantau suhu tubuh setiap 8 jam
Enviroment management (6480)
1. Batasi pengunjung yang sedang demam /
influenza / sakit infeksi
Health education (5510)
1. Jelaskan mengapa sakit dan peng-obatan
meningkatkan resiko infeksi
2. Anjurkan klien untuk menjaga ke-sehatan
personal untuk melindungi dari infeksi
3. Ajarkan metode aman untuk pe-ngamanan /
penyiapan makanan
4. Pengendalian infeksi : Ajarkan teknik
mencuci tangan
5. Ajarkan tanda-tanda infeksi
6. Anjurkan untuk lapor perawat / dokter
bila dirasakan muncul tanda-tanda infeksi
Medication Administration (2300)
1. Kelola terapi sesuai advis
2. Pantau efektivitas, keluhan yang muncul
pasca pemberian antibiotic
|
3
|
Kerusakan mobilitas fisik b.d perubahan persepsi
sensori dan kognitif, pe-nurunan kekuatan dan ketahanan.
Batasan
Karakteristik :
-
Keterbatasan
rentang gerak
-
Tirah
baring
-
Kesulitan
koordinasi
-
Penurunan
kekuatan atau control otot
-
Klien
mengatakan sa-kit / pusing untuk miring
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama
… X 24 jam klien mampu melakukan aktivitas fisik dengan optimal, dengan
criteria :
-
Klien
dapat melaksana-kan mobilisasi secara
bertahap dengan tanpa mengalami perubahan vital signs
-
Klien
tidak mengalami dekubitus
|
1. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi
dengan skala 0 – 4 :
0 : klien tidak tergantung pada orang lain.
1 : klien butuh sedikit bantuan
2 : klien butuh bantuan sederhana
3 : klien butuh bantuan banyak
4 :klien sangat tergantung pada pem- berian pelayanan
2. Atur posisi klien dan ubahlah setiap 2 –
4 jam sekali
3. Bantu klien melakukan gerakan-gerakan
sendi secara pasif bila kesadaran menurun dan secara aktif bila klien
kooperatif.
4. Observasi / kaji terus kemampuan gerakan
motorik, keseimbangan, koor-dinasi gerakan tonus
5. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
melakukan latihan
6. Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan
memberi motivasi
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
(fisioterapi)
8. Buat posisi seluruh persendian dalam
letak anatomis / nyaman dengan memberi penyangga pada lekukan-lekukan sendi,
telapak tangan dan kaki
9. Lakukan massage perawatan kulit &
pertahankan alat tenun bersih dan kering
10. Lakukan perawatan mata dengan memberikan
cairan air mata buatan dan tutup mata dengan kaca steril lembab sesuai
indikasi
11. Bantu klien dalam memenuhi ADL, bila
kesadaran belum pulih kembali
12. Observasi BAB dan bantu BAB secara teratur,
kolaborasi dengan dokter pemberian supositoria
13. Berikan motivasi dan latihan pada klien
dalam memenuhi kebutuhan ADLnya, sesuai dengan kebutuhan saat reha-bilitasi,
penyebaran tingkat kegawatan dan keluhan-keluhan klien.
|
4
|
Kerusakan integritas ja-ringan b.d factor
mekanik : perubahan sirkulasi,
imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati).
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24
jam wound healing mening-kat, dengan criteria :
-
Luka
mengecil dalam ukuran dan peningkatan granulasi jaringan.
|
Wound care (3660)
1. Catat karateristik luka, tentukan ukuran
dan kedalaman luka dan klasifikasi pengaruh ulcers
2. Catat karateristik cairan secret yang
keluar
3. Bersihkan dengan cairan antibakteri
4. Bilas dengan cairan NaCI 0,9 %
5. Lakukan nekrotomi
6. Lakukan tampon yang sesuai
7. Dresing dengan kasa steril sesuai dengan
kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
9. Pertahankan teknik dressing steril ketika
melakukan perawatan luka
10. Amati setiap perubahan pada balutan
11. Bandigkan dan catat setiap adanya perubahan
pada luka
12. Berikan posisi terhindar dari tekanan
|
5
|
PK :
hiperglikemia
PK : Neuropati
PK : Retinopati
PK : Nefropati
PK : Hipertensi
PK :
Hipoalbuminemia
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dapat
mencegah atau meminimalkan komplika-si dari hiperglikemia, neuro-pati,
retinopati, nefropati, hi-pertensi, dan hipoalbumin-emia.
|
1. Pantau tanda dan gejala Hiperglikemia
Ø Gula darah puasa tinggi > 140 mg/dl
Ø Test Toleransi Glukosa 2 jam > 200
mg/dl
Ø Osmolalitas serum 300 m osm/kg
Ø Perubahan sensori
2. Beri terapi insulin sesuai program
3. Pantau tanda dan gejala Neuropati perifer
Ø Diabetes tak terkontrol
Ø Diagnosis diabetes > 10 thn
Ø Nyeri
Ø Penurunan sensasi
Ø Penurunan respon tendon dalam (achiles
& patella)
Ø Parestesia
4. Pantau tanda dan gejala automatis neuropati
:
Ø Diabetes tak terkontrol
Ø Diagnosis diabetes > 10 tahun
Ø Berkeringat abnormal
Ø Paralisis kandung kemih
Ø Diare noctumal
Ø Gastroparesis
5. Pantau tanda dan gejala Retinopati :
Ø Penglihatan kabur
Ø Bintik hitam
Ø Kebutaan tiba-tiba
6. Pantau tanda dan gejala Nefropati :
Ø Diabetes tak terkontrol
Ø Diagnosis diabetes > 10 tahun
Ø Hipertensi
Ø Proteinuria, bakteriuria, urine keruh
Ø Peningkatan sel darah putih
Ø Sel darah merah dalam urine
Ø Demam
Ø Nyeri badan
Ø Menggigil
Ø Stres inkontinensia
Ø BUN dan Kreatinin meningkat
Ø Oedema
7.
Pantau
tanda dan gejala hipertensi :
Ø Pantau tekanan darah > 160 / 90 mmHg
Ø Adanya keluhan nyeri kepala, pusing
Ø Jamin klien untuk mendapatkan istirahat
Ø Pantau adanya udema
Ø Beri terapi antihipertensi sesuai program
8.
Pantau
tanda dan gejala hipoalbuminemia :
Ø Albumin < 3,5g/dl
Ø Adanya udema
Ø Ascites
Ø Kolaborasi pemberian albumin
|
Posting Komentar