MAKALAH
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR LANSIA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :


NAMA      : VERAWATI, S.KM
                              NIP           : 19840203 201001 2014


 i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas DUPAK dalam kenaikan pangkat.
Sehubungan dengan penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya makalah ini, dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terimakasih yang setulustulusnya Semoga amal baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Disadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Namang,          September 2012



Penyusun













DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................    i
KATA PENGANTAR ...............................................................................    ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................    iii
BAB I   PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................    1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................    2
1.3 Tujuan .....................................................................................    2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lanjut Usia ................................................................   3
2.2 Golongan Usia Lansia .............................................................   3
2.3 Perkembangan Lanjut Usia .....................................................   4
2.4 Masalah Kesehatan Pada Lansia .............................................   6
2.5 Program Kesehatan Lanjut Usia .............................................   10
BAB III          PEMBAHASAN
3.1 kesimpulan ..............................................................................   14
3.2 Saran .......................................................................................   15
Daftar Pustaka

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR LANSIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tercapainya tujuan pembinaan kesehatan bagi masyarakat lanjut usia ( lansia ) adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dalam mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Berdasarkan keputusan menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, bahwa upaya kesehatan lanjut usia merupakan pelayanan penunjang yang kegiatanya di selenggarakan oleh puskesmas dan merupakan upaya kesehatan pengembangan dengan indikator standar pelayanan minimal 70%. Adapun tujuan khusus dari pelayanan kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan kemandirian lansia dalam mengatasi masalah kesehatanya khususnya kemampuan mendeteksi dini penyakit, mencari pertolongan pengobatan dan kemampuan merawat dirinya sendiri untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. (1) Menurut WHO tahun 1989, telah dicapai konsensus bahwa yang dimaksud dengan lansia ( elderly ) adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih.
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. Menurut Dep.Kes RI. Tahun 2005, tentang Umur harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun dan pada laki-laki 64,3 tahun .(3) Bahkan Boedhi Darmojo menyebutkan harapan hidup pada waktu lahir orang Indonesia pada tahun 2015 sampai 2020 mencapai 70 tahun atau lebih.
Adapun batasan lanjut usia oleh Departemen Kesehatan RI di tetapkan seseorang dengan usia lebih dari 60 – 69 tahun, sedangkan usia lebih dari 70 tahun dan lanjut usia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan seperti kecacatan akibat sakit disebut lanjut usia resiko tinggi. Berdasarkan data Susenas tahun 2003 jumlah penduduk lanjut usia mencapai 16.172.835 jiwa atau 7,54% dan pada tahun 2010 akan mencapai 24 juta jiwa atau 9,77% dari total penduduk. Dampak dari peningkatan jumlah lanjut usia antara lain masalah penyakit degeneratif akan sering menyertai para lanjut usia yang bersifat kronis dan multipatologis dalam penangananya memerlukan waktu cukup lama dan biaya besar. Menghadapi kondisi demikian perlu pengkajian masalah-masalah lanjut usia yang lebih mendasar dan sesuai dengan kebutuhan. Secara alami bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya perubahan degeneratif dengan manifestasi beberapa penyakit seperti penyakit hipertensi, kelainan jantung, penyakit diabetes militus, kanker rahim / prostat, osteoporosis dan lain-lain. Meskipun lanjut usia bukan suatu penyakit, namun bersamaan dengan proses penuaan, insiden penyakit kronik dan ketidakmampuan akan semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Jelaskan defenisi dari lanjut usia!
2. Uraikan golongan usia pada lansia!
3. Bagaimana perkembangan usia pada lanjut usia?
4. Jelaskan masalah-masalah kesehatan pada lanjut usia!
5. Jelaskan program kesehatan pada lanjut usia!

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari lanjut usia
2. Untuk mengetahui golongan usia pada lansia
3. Untuk mengetahui perkembangan usia pada lanjut usia
4. Untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan pada lanjut usia
5. Untuk mengetahui program kesehatan pada lanjut usia




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Lanjut Usia ( Lansia )
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun 1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.

2.2 Golongan Usia Lansia
Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (Middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2000).
Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut/ virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45 – 54 tahun, usia lanjut dini/ prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55 – 64 tahun, kelompok usia lanjut/ senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat (Mutiara, 1996).
Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Deputi I Menkokesra, 1998).

2.3  Perkembangan Lanjut Usia
Menurut Birren dan Jenner tahun 1977, mengusulkan untuk membedakan antara usia biologis, usia psikologis dan usia sosial.
2.3.1    Usia biologis yaitu jangka waktu seseorang sejak lahir berbeda, dalam keadaan hidup atau tidak mati. Aspek biologik dalam gerontologi mencakup perubahan-perubahan anatomi dalam sel, jaringan dan organ-organ serta fisiologi yang berhubungan dengan perubahan-perubahan tersebut. Proses penuaan akan di tandai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain :
a.    Kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai kemunduran fisik :
·    Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap
·    Rambut mulai beruban dan menjadi putih
·    Gigi mulai ompong
·    Penglihatan dan pendengaran berkurang
·    Mudah lelah
·    Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
·    Kerampingan tubuh menghilang, disana-sini terjadi timbunan lemak terutama di bagian perut dan pinggul
b.    Kemunduran akan kemampuan kognitif akibat penuaan pada usia lanjut ini di tandai sebagai berikut :
·    Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik
·    Ingatan kepada hal-hal yang baru terjadi yang pertama dilupakan adalah nama-nama
·    Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang / tempat juga mundur yang erat hubungan dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena pandangan biasanya sudah menyempit
·    Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes-tes intelegensi menjadi lebih rendah
·    Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.
2.3.2 Usia Psikologis yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. Pada umumnya setiap lanjut usia menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, meninggal secara terhormat dan masuk surga. Apabila proses lanjut usia yang tidak sesuai dengan keinginan-keinginan tersebut maka akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar. Penyakit yang membahayakan , menjalani masa pensiun, ditinggal suami atau istri dan sebab-sebab lain sering menyebabkan gangguan dalam keseimbangan mental. Psikologi kehilangan merupakan salah satu sindroma atau gejala multikompleks dari proses lanjut usia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:
a.    Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction Personality), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang, dan mantap sampai sangat tua.
b.    Tipe Kepribadian Mandiri (Independent Personality), pada tipe ini biasanya ada kecenderungan mengalami Post Power Syndrome. Apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c.    Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent Personality), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga. Apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana. Apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d.    Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility Personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi berantakan.
e.    Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
2.3.3    Usia sosial yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. Status sosial seseorang sangat penting bagi kepribadianya. Didalam pekerjaan, status tertentu mempunyai akibat suatu citra tertentu pula. Perubahan status sosial lanjut usia pasti akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan terebut. Aspek social tidak dapat diabaikan dan sebaiknya diketahui oleh lanjut usia sedini mungkin, sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat lanjut usia di masyarakat. Perubahan psikososial masyarakat lanjut usia baik yang datang dari dalam dirinya, keluarga maupun lingkungan masyarakat akan membawa dampak bagi derajat kesehatan jiwa lansia yang bersangkutan. Sebagai penyebab adalah pesatnya kegiatan pembangunan yang membawa dampak terhadap lingkungan baik berupa urbanisasi dan polusi maupun perubahan perilaku yang secara tidak langsung berpengaruh pada kehidupan lansia.

2.4 Masalah Kesehatan pada Lansia
2.4.1    Penyakit-penyakit Lansia
Penyakit-penyakit yang sering diderita oleh penderita usia lanjut diantaranya adalah :
Ø  Penyakit musculoskeletal (penyakit sendi dan tulang), seperti osteoarthritisgout, rematik ,osteoporosis, osteopenia, tendinitis, artralgi.
Ø  Penyakit cerebro-kardiovaskuler, seperti stroke, penyakit jantung koroner, demensia, dll.
Ø  Saluran pernapasan, seperti : bronchitis kronis, asma, dll.
Ø  Kanker
Ø  Metabolik, seperti : diabetes mellitus, obesitas, hipertiroid, dan lain-lain
Ø  Gangguan kulit, seperti :gatal, gampang alergi makanan, dan lain-lain.
Ø  Katarak
Ø  Prostat yang membesar
2.4.2    Pola Penyakit Lansia
Pada tahun 1988 di Konfrensi UCLA, Solomon dkk menyampaikan istilah “ 13 i “ yaitu tentang kemunduran dan kelemahan yang dialami oleh lansia. Isinya antara lain:
Ø  Imobilitas (Immobility),
Ø  Instabilitas/Terjatuh (Instability/Falls),
Ø  Gangguan intelektual/Demensia (Intelectual impairment/Dementia),
Ø  Isolasi/Depresi (Isolation/Depression),
Ø  Inkotinensia (Incontinence),
Ø  Impoten (Impotence),
Ø  Imunodefisiensi (Immunodeficiency),
Ø  Infeksi (Infection),
Ø  Kelelahan/Malnutrisi (Inanition/Malnutrition),
Ø  Impaksi/Konstipasi (Impaction/Constipation),
Ø  Iatrogenesis,
Ø  Insomnia,
Ø  Gangguan (Impairment): penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, komunikasi, integritas kulit dan convalescence.
2.4.3    Sifat Penyakit Lansia
Ada beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan penyakit pada orang dewasa, yaitu :
Ø  Penyebab penyakit
Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen), sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua(menjadi tua), sehingga produksi hormon, enzim, zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang sekali akibat kerusakan sel-sel tadi, dan dengan demikian lansia akan lebih mudah mendapat infeksi.
Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi), yang satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling berkaitan dan memperberat, dan penyakit sering telah ada di tubuh penderita sebelum menimbulkan gejala-gejala maupun tanda-tanda, seolah-olah telah menyelinap selama ini. Demikian pula, pengobatan terhadap penyakitnya akan lebih sulit karena penyakitnya yang lebih dari satu jenis.
Ø  Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas
Sangat penting untuk diketahui bahwa gejala penyakit pada lansia seringkali tidak khas/tidak jelas, yang berbeda dengan penyakit yang ditemukan pada orang dewasa. Misalnya, penyakit infeksi paru mendadak (pneumonia) seringkali tidak didapati demam tinggi dan batuk darah, gejala hanya ringan saja kelihatannya sedangkan penyakit sebenarnya cukup serius, sehingga penderitanya menganggap penyakitnya ringan saja dan tidak perlu berobat.
Ø  Memerlukan lebih banyak obat
Akibat penyakit pada lansia yang lebih dari satu jenis maka dalam pengobatannya akan memerlukan obat-obat yang beraneka ragam jenisnya dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu diketahui bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati, ginjal, yang berperanan di dalam mengolah obat-obat yang masuk ke dalam tubuh telah berkurang, yang menyebabkan kemungkinan yang lebih besar dari obat-obat tersebut untuk menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan keracunan obat dengan segala komplikasinya, jika obat-obat tersebut diberikan dengan takaran yang sama dengan orang dewasa, dan karena itu, takaran obat perlu dikurangi pada lansia dengan prinsip start slow go slow, yaitu mulai menggunakan obat dengan takaran yang serendah mungkin yang masih mempunyai efek pengobatan dan naikkan secara perlahan-lahan sampai tercapai efek pengobatan seoptimal mungkin.. Efek samping obat sering pula terjadi pada lansia, yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru akibat pemberian obat tadi (iatrogenik), misalnya terjadinya beser buang air kecil akibat pemakaian obat yang meningkatkan pengeluaran air seni (diuretik), merasa hoyong dan terjatuh akibat penggunaan obat-obat penurun tekanan darah, penenang, antidepresi dan lain-lain. Efek samping obat pada lansia biasanya terjadi karena diagnosa yang tidak tepat, ketidakpatuhan penderita meminum obat menurut aturan yang ditentukan, pengguinaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang lama. Ketidakpatuhan untuk meminum obat-obat yang sedang dipakai sering terjadi pada lansia, terutama pada mereka yang menderita cacat fisik maupun mental. Ketidakpatuhan meminum obat akan meningkat dengan semakin banyaknya jenis obat yang digunakan dengan kerumitan aturan pemakaian obat yang digunakan. Oleh karena itu, hendaknya diberikan sesedikit mungkin jenis obat, dan jika memungkinkan dalam takaran yang mudah diingat (misalnya sekali sehari pemakaiannya).
Ø  Sering mengalami gangguan jiwa
Penyakit pada lansia sering mengalami gangguan fisik dan psikis (jiwa) secara bersamaan, khususnya pada mereka yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa ( depresi ), sehingga di dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja yang diobati meskipun hanya ini yang dikeluhkan, tetapi juga gangguan jiwanya yang justru sering tersembunyi gejalanya, yang jika yang mengobatinya tidak teliti, akan mempersulit penyembuhan penyakitnya. Sehubungan dengan uraian tersebut di atas. maka penanganan penyakit pada lansia memerlukan ketrampilan khusus, walaupun gejalanya ringan tetapi memerlukan penanganan yang serius, karena keterlambatan di dalam penanganannya dapat merupakan ancaman yang besar bagi keselamatan jiwa penderita lansia
2.4.4    Diagnosis penyakit pada lansia
Membuat diagnosis penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia remaja/dewasa. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan observasi penderita agak lebih lama, sambil mengamati dengan cermat tanda–tanda dan gejala–gejala penyakitnya yang juga seringkali tidak nyata. Dalam hal ini allo-anamnese dari pihak keluarga perlu digali. Seringkali sebab penyakitnya bersifat ganda (multiple) dan kumulatif, terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya.

2.5 Program Kesehatan Lanjut Usia
Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan bermutu yang antara lain melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, serta sebagai pusat pengembangan dan peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Saat ini Puskesmas diharapkan dapat melaksanakan berbagai macam program dalam bentuk upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia :
a.     Upaya Promotif
Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas masyarakat lanjut usia.
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun 1998, PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi Promosi Kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.
2. Gizi untuk Lanjut Usia
Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Ø  Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras, jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat.
Ø  Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu. Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.
Ø  Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh contohnya sayuran dan buah.
b.    Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.
c.     Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Bila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.



d.    Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kesimpulan
1)    Menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistim fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian.
2)    Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (Middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2000).
3)    Menurut Birren dan Jenner tahun 1977, mengusulkan untuk membedakan antara usia biologis, usia psikologis dan usia sosial.
4) Penyakit-penyakit yang sering diderita oleh penderita usia lanjut diantaranya adalah :
Ø  Penyakit musculoskeletal (penyakit sendi dan tulang), seperti :osteoarthritisgout, rematik ,osteoporosis, osteopenia, tendinitis, artralgi.
Ø  Penyakit cerebro-kardiovaskuler, seperti stroke, penyakit jantung koroner, demensia, dll.
Ø  Saluran pernapasan, seperti : bronchitis kronis, asma, dll.
Ø  Kanker
Ø  Metabolik, seperti : diabetes mellitus, obesitas, hipertiroid, dan lain-lain
Ø  Gangguan kulit, seperti :gatal, gampang alergi makanan, dan lain-lain.
Ø  Katarak
Ø  Prostat yang membesar
5)    Program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

3.2 Saran
1.    Perlunya Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia yaknni melaksanakan upaya Promotif, Perilaku Hidup Sehat, Gizi untuk Lanjut Usia, Upaya Preventif, Upaya Kuratif, dan Upaya Rehabilitatif,
2.    Perlunya Program alternatif yang lebih memperhatikan aspek psikologis lansia dengan cara mengintegrasikan dengan program pemerintah yang lainnya.
3.    Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat, agar lebih memahami karakteristik lansia serta faktor resiko dan juga karakterisitik penyakit pada lansia.



DAFTAR PUSTAKA

Pujiyono. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan, Tesis. Universitas Diponegoro
Suryadi Panjaitan, 2003. Beberapa Aspek Anemia Penyakit Kronik Pada Lanjut Usia. Artikel. Perpustakaan Digital Universitas Sumatera Utara
Anonim, 2007 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
Anonim, Artikel, Universitas Airlangga. Surabaya
Adam Wisudiyanto Wahyuna. 2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Posyandu Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kader Dalam Pemberian Pelayanan Di Posyandu Lan Wilayah Kerja Puskesmas Kauman Ngawi. Skripsi., Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Zain Istianah. Efektivitas Pelaksanaan Program Posyandu Lanjut Usia (Studi Di Pekon Pardasuka, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Tanggamus) , Abstrak
Retno Indarwati, Askep Keluarga Tahap Lansia, Bahan Ajar, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga. Surabaya
Damayanti Imas, Penyakit Pada Lansia Gaya Hidup Aktif Dan Proses Penuaan. Bahan Ajar. Universitas Indonesia, Jakarta
http://www.wikipedia.or.id/Pos_Pelayanan_Terpadu/ Diakses pada 9/11/2012 pukul 16.24

Post a Comment